PESONA WISATA INDONESIA

welcome to our blog



in a way, articles can also be described as a type of adjectives as they also tell us something about the nouns, like adjectives.

Articles are found in many Indo-European, Semitic, and Polynesian languages but formally are absent from some large languages of the world, such as Indonesian, Japanese, Hindi and Russian.

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio

    Posted by: guru ppkn cerdas Posted date: January 15, 2015 / comment : 0


    Sejak abad ke-17 sudah terdapat produksi parang di Belitung. Hal itu diungkap oleh Dosen Sejarah Kolonial Universitas Amsterdam W.S. Stapel dalam buku Aanvullende Gegevens Geschiedenis Billiton, 1938.

    "Pada permulaan abad ke-17 sudah ada hubungan dagang antara Pulau Belitung dengan beberapa tempat yang diduduki oleh Belanda, terutama dengan Batavia. Hasil ekspor yang utama dari Pulau Belitung yakni besi, dan perkakas dari besi, dan juga adakalanya damar dan beras," kata Stapel dalam bukunya.

    Untuk memperkuat pernyataan itu, Stapel melampirkan sejumlah kutipan yang diambil dari buku register harian dari Batavia. Di antaranya disebutkan hubungan dagang antara Batavia dan Belitung dari 1640-1665.

      Pengrajin Parang Badau, di Desa Badau, Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung (https://www.tribunnews.com)

    Dalam kurun waktu tersebut, Belitung atau Belitong tercatat pernah mengirimkan sebuah tongkang bersama 21 awak dengan membawa 10.000 muatan yang berisi kapak dan parang. Selanjutnya Mei 1661 dikirim lagi 10.000 buah kapak dan 50 pikul damar, Mei 1665 dikirim 1900 pahat dan 100 buah parang, 5 pikul damar, dan 60 tikar. Pada November 1665, seorang penduduk Belitung membawa 2000 buah kapal ke Batavia.

    Setidaknya lebih dari tujuh bengkel yang masih memproduksi Parang Badau di Desa Badau, Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung. Namun, keberadaan mereka menjadi 'benang merah' sejarah pengerjaan logam di Belitung ratusan tahun silam.

    Parang Badau (Parang Belitung)

    Parang Badau dari Beltim sepanjang 3,7 meter dengan lebar 60 centimeter sebagai parang terbesar (https://www.tribunnews.com)

    Parang Badau dikenal masyarakat Bangka dengan sebutan Parang Belitung. Oleh masyarakat di sana Parang Belitung diyakini menyimpan nilai mistis.

    Parang Badau (https://bapang007.blogspot.com)

    Bentuknya seperti layar kapal. Alat ini digunakan terutama untuk perkelahian jarak pendek. Senjata ini mirip dengan golok di Jawa, namun ujung parang ini dibuat lebar dan berat guna meningkatkan bobot supaya sasaran dapat terpotong dengan cepat. Parang yang berdiameter sedang atau sekitar 40 cm juga dapat digunakan untuk menebang pohon karena bobot ujungnya yang lebih besar dan lebih berat.

    Siwar Panjang

    Siwar panjang (https://tasik-cyber.blogspot.com)

    Merupakan senjata tusuk gegam yang bentuknya menyerupai golok panjang dengan ketajaman di salah satu bilahnya.

    Kedik

    Merupakan alat tradisional yang digunakan sebagai alat pertanian. Alat ini digunakan di perkebunan terutama di kebun lada. Dalam menggunakannya si pemakai harus berjongkok dan bergerak mundur atau menyamping. Alat ini digunakan dengan cara diletakkan pada tanah dan ditarik ke belakang. Alat ini efektif untuk membersihkan rumput pengganggu tanaman lada. Kedik biasanya digunakan oleh kaum wanita karena alatnya kecil dan relatif lebih ringan. Kedik hanya dapat digunakan untuk rumput jenis yang kecil atau rumput yang tumbuh dengan akar yang dangkal, bukan ilalang.

    Tagged with:

    Next
    Newer Post
    Previous
    Older Post

    No comments:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says